Rabu, 03 Februari 2016

Perkembangan Kota Purwokerto jika ditinjau dari Geografi Kota

Perkembangan Kota Purwokerto jika ditinjau dari Geografi Kota

Kota Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Purwokerto terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa. Secara geografi Purwokerto terletak di koordinat 7°26′LU 109°14′BT. Ditinjau dari Geografi Kota, perkembangan kota Purwokerto dapat dikatakan sangat pesat. indikatornya adalah hampir semua fasilitas hadir di kota ini dari mulai Pusat Perbelanjaan, Restoran cepat saji, Pusat Pertokoan, Sarana Olahraga, Pusat Wisata Kuliner, Hotel berbintang (kelas Internasional), Sarana Rekreasi Keluarga, Pusat Pelayanan Kesehatan, dan lain sebagainya. Berikut faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Purwokerto:
1.      Ekonomi
Purwokerto bukan merupakan kota industri maupun perdagangan. Sampai dengan awal tahun 2000-an, kota ini lebih cocok disebut sebagai kota pegawai dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa diandalkan untuk hidup cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN. Akhirnya, kota ini secara ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang. Perubahan secara cukup signifikan terjadi mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini mulai dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kota di pulau Jawa untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi di sini (terutama di Universitas Jenderal Soedirman dan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Sejak saat itu, aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan mahasiswa pun menggeliat. kamar kos, tempat makan, kios-kios alat tulis bermunculan. Bahkan, jasa pencucian baju (laundry) pun bermunculan guna memenuhi kebutuhan pembersihan pakaian para mahasiswa yang memiliki sedikit waktu untuk mencuci sendiri. Kondisi ini membuat perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup signifikan sebagai kota jasa.
2.      Bangunan
Di Akhir tahun 2011, telah berdiri Hotel bintang 5 Aston dengan 12 Lantai. Pada pertengahan tahun 2012, telah tampak perubahan yang cukup signifikan dalam bidang perdagangan. Bisa dilihat dari dibangunnya Rita Supermall tepat di selatan alun-alun Purwokerto. Dan juga pemekaran Moro menjadi Mega Mall dengan tiga tower. Di kota ini pula terdapat museum Bank Rakyat Indonesia, karena bank pertama kali berdiri ada di kota Purwokerto dan pendiri bank ini adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja putra daerah Purwokerto.
3.      Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah untuk perkembangan kota Purwokerto meliputi:
a.       Tempat wisata
Wisata Alam
·         Baturaden
·         Pancuran Pitu
·         Pancuran Telu
·         Gua SaraBadak
·         Curug Gede
·         Curug Ceheng
·         Curug Belot
·         Curug Cipendok
·         Bumi Perkemahan Kendalisada
·         Telaga Sunyi
·         Mata Air Panas Kalibacin
·         Bendung Gerak Serayu
·         Wahana Wisata Lembah Combong
·         Batur Agung Adventure Forest
Wisata Sejarah
·         Masjid Saka Tunggal
·         Museum Wayang Sendang Mas
·         Museum BRI Purwokerto
·         Museum Jenderal Soedirman
Wisata Keluarga
·         Serayu River Voyage
·         Dreamland Spring Water Park
·         Depo Bay
b.      Olahraga
Olahraga yang banyak menetaskan atlet-atlet dari kota ini adalah atlet cabang bulu tangkis, atletik, dan renang. Ada 2 buah Stadion Besar di kota Purwoketo Yakni GOR Satria (milik Pemerintah Kabupaten Banyumas) dan GOR yang dimiliki oleh UNSOED yaitu GOR Soesilo Soedirman.
c.       Bangunan industri
Secara tradisional Purwokerto bukanlah kota industri maupun perdagangan. Sampai saat ini, aktivitas industru amat jarang di temukan di Purwokerto, padahal purwokerto merupakan daerah potensial yang sangat strategis untuk melakukan investasi dalam bidang industri selain dari lahan yang masih luas, akses menuju kota-kota besar yang sangat mudah, juga tenaga professional di Purwokerto sangat banyak. Kota ini bisa  dikatakan tidak memiliki industri dalam skala besar yang dapat menyerap ribuan tenaga kerja atau mencakup wilayah puluhan hectare. Jika pun ada industri, itu pun industri-industri tradisional yang hanya mempekerjakan puluhan pekerja (industri rokok rumahan, industri mie atau soun kering kecil-kecilan, pabrik pengolah, dll).
4.       Infrastruktur
Berbagai infrakstruktur hadir memenuhikota Purwokerto. Di kota ini, ada sekitar 344 angkutan kotayang beroperasi. Angkutan itu melayani 31 trayek yang menyusuri jalan-jalan di Kota Purwokerto. Transportasi kotanya juga semakin lengkap dengan kehadiran dua armada taksi (Kobata dan Taksi Satria).Transportasi untuk menuju kota Purwokerto ada berbagai pilihan, diantaranya menggunakan kereta api, bus antar kota, dan angkutan antar jemput (travel).
5.      Demografi
Jumlah penduduk kota Purwokerto pada tahun 2005 adalah 249.705 jiwa. Dan sekarang telah berkembang pesat penduduknya seiring dengan waktu.
a.       Jumlah penduduk pada tahun 2012
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
Lumbir
21,798
22,317
44,115
97.67
Wangon
37,290
37,404
74,694
99.70
Jatilawang
28,897
29,396
58,293
98.30
Rawalo
23,171
23,219
46,390
99.79
Kebasen
28,703
28,347
57,050
101.26
Kemranjen
32,159
32,009
64,168
100.47
Sumpiuh
25,496
25,357
50,853
100.55
Tambak
21,413
21,258
42,671
100.73
Somagede
16,137
16,492
32,629
97.85
Kalibagor
23,814
23,438
47,252
101.60
Banyumas
23,138
23,304
46,442
99.29
Patikraja
26,030
26,075
52,105
99.83
Purwojati
15,678
15,817
31,495
99.12
Ajibarang
46,534
46,011
92,545
101.14
Gumelar
23,259
22,710
45,969
102.42
Pekuncen
32,488
33,217
65,705
97.81
Cilongok
56,799
55,960
112,759
101.50
Karanglewas
30,274
29,535
59,809
102.50
Kedungbanteng
26,898
25,926
52,824
103.75
Baturaden
24,418
24,690
49,108
98.90
Sumbang
39,027
38,782
77,809
100.63
Kembaran
37,933
37,757
75,690
100.47
Sokaraja
39,986
40,216
80,202
99.43
Purwokerto Selatan
36,437
36,829
73,266
98.94
Purwokerto Barat
24,872
25,844
50,716
96.24
Purwokerto Timur
28,447
29,701
58,148
95.78
Purwokerto Utara
29,632
30,698
60,330
96.53
Jumlah
800,728
802,309
1,603,037
99.80








b.      Jumlah kecamatan dan desa pada tahun 2012
Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Jumlah
Desa
Kelurahan
Lumbir
Lumbir
10
-
Wangon
Wangon
12
-
Jatilawang
Tunjung
11
-
Rawalo
Rawalo
9
-
Kebasen
Gambarsari
12
-
Kemranjen
Kecila
15
-
Sumpiuh
Kebokura
11
3
Tambak
Kamulyan
12
-
Somagede
Somagede
9
-
Kalibagor
Kalibagor
12
-
Banyumas
Sudagaran
12
-
Patikraja
Notog
13
-
Purwojati
Purwojati
10
-
Ajibarang
Ajibarang
15
-
Gumelar
Gumelar
10
-
Pekuncen
Banjaranyar
16
-
Cilongok
Pernasidi
20
-
Karanglewas
Karanglewas Lor
13
-
Kedungbanteng
Kedungbanteng
14
-
Baturaden
Rempoah
12
-
Sumbang
Sumbang
19
-
Kembaran
Kembaran
16
-
Sokaraja
Sokaraja Kulon
18
-
Purwokerto Selatan
Karangklesem
-
7
Purwokerto Barat
Rejasari
-
7
Purwokerto Timur
Purwokerto Wetan
-
6
Purwokerto Utara
Bancarkembar
-
7
Jumlah

301
30




6.      Kestabilan Keamanan
Banyak orang yang merasa betah tinggal dikota ini, dengan alasan:
·         Aman        : Jarang sekali terjadi tindakan kriminal
·         Alami        : Kebudayaannya masih kental, terutama budaya ebeg (kuda lumping)
·         Lengkap    : Fasilitas tergolong lengkap
·         Sejuk         : Udaranya sangat sejuk
·         Bersih        : Udaranya masih bersih, terhindar dari polusi udara
·         Murah        : Biaya hidup terbilang murah.

7.      Pendidikan

Kota Purwokerto sebagai Kota Pendidikan
            Kota Purwokerto merupakan kota dengan jumlah institusi perguruan tinggi paling banyak di wilayah Jawa Tengah bagian barat selatan. Tak heran jika Kota Purwokerto mendapatkan julukan sebagai kotapendidikan. Kota Purwokerto menaungi tidak kurang dari 15 perguruan tinggi. Dari sejumlah 15 perguruan tinggi di Purwokerto, tiga besar universitas yang menampung mahasiswa di Kota Purwokerto adalah Universitas Jenderal Soedirman dengan 25.000 mahasiswa, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Selain sebagai lokasi pilihan untuk studi pendidikan tinggi, Kota Purwokerto juga menjadi incaran murid dan wali murid untuk mengenyam taraf pendidikan dasar dan menengah. Hampir seluruh sekolah favorit dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Banyumas ada di Kota Purwokerto.
Selain fasilitas sekolah dari dasar hingga perguruan tinggi, Kota Purwokerto juga telah memenuhi julukan sebagai kota pendidikan dengan fasilitas perpustakaan dan toko buku. Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas telah dibuka untuk umum. UPT Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas yang terletak di Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 85, Purwokerto, memiliki koleksi sejumlah 25 ribu eksemplar yang terdiri dari buku dan referensi, belum termasuk koran dan tabloid, beragam judul dari buku-buku fiksi maupun non fiksi. UPT Perpustakaan juga meminjamkan koleksi langka, Ensiklopedia, undang-undang, dan buku-buku referensi lainnya. 12 toko buku di Purwokerto juga telah berdiri dan dapat diakses dengan mudah.
Selain itu di Kota Purwokerto juga terdapat fasilitas 25 warnet untuk mempermudah mengakses informasi secara cepat dan akurat. Berdasarkan observasi, seperti di kota-kota besar lainnya, warnet lebih didominasi oleh para mahasiswa, pelajar dan bisnisman. Beberapa warnet ini ada yang hanya menawarkan fasilitas browsing internet saja, namun ada juga yang telah dilengkapi dengan fasilitas game online.
8.      Sosial Budaya
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa.
Di antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:
·         Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
·         Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga nantinya.
Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, di antaranya:
·         Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.
·         Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.
·         Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.
·         bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.
Sejumlah tarian khas Banyumasan antara lain:
·         lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung.
·         sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan dimasukan ke dalam kurungan, dimana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama pemain yang lain.
·         aksimuda, yakni kesenian bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.
·         angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, dimana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri.
·         aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri.
·         buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung.
·         ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe.
Masuknya budaya barat ke berbagai kota akan membawa dampak yang akan mempengaruhi kota seperti westernisasi dan modernisasi. Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen–komponen yang memebentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
a.       Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
b.      Karya :Untuk penyediaan lapangan kerja.
c.       Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
d.      Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
e.       Penyempurnaan :Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Dengan demikikian interaksi yang dilakukan masyarakat kota sangat mempengaruhi perkembangan suatu kota . Lebih banyak interaksi masyarakat kota tersebut semakin  perkembangnya suatu kota.
Berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota dalam interaksi masyarakat kota:
a.       Pekerjaan atau Mata Pencaharian semakin banyak variasi dan kemajuan pekerjaan semakin mempengaruhi kemajuan kota tersebut
b.      Kepadatan Penduduk, penduduj kota sangat padat sebab dalam kota selalu bergilir pekerjaan mulai dari pagi samapai malam.
c.       Heterogenitas, Di kota  penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk.
d.      Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
9.      Investasi 
Beberapa makanan khas yang terdapat di Kota Purwokerto diantaranya:
a.       Mendhoan, makanan yang terbuat dari tempe yang tipis/diiris tipis kemudian digoreng dengan tepung yang diberi bumbu dan digoreng setengah matang.
b.      Kripik Tempe, prosesnya seperti mendhoan tetapi digoreng sampai kering. Kota Kripik merupakan salah satu julukan dari kota Purwokerto.
c.       Sroto, daerah lain menyebutnya Soto.
d.      Gethuk Goreng, sentra pembuatannya adalah Kec.Sokaraja, sebuah kota kecamatan di pinggir kota Purwokerto.
e.       Keong Kuah Pedas, dengan bahan utama keong sawah yang dimasak berkuah dengan bumbu-bumbu kuat yang memberi nuansa pedas dan segar hingga ke tenggorokan.
f.       Dage, kudapan mirip kue yang berbahan dasar ampas kacang yang digumpalkan dan dijamurkan. Biasa disajikan berupa goreng tepung berbumbu dan disantap dengan cabe rawit atau "lombok cengis".
g.      Semayi, lauk dari ampas kelapa yang dibumbui dan dipanggang di atas api kecil. Makanan yang menjadi simbol hidup melarat ini kini sudah amat-sangat susah ditemukan.
h.      Tegean, adalah sebutan khas Banyumas untuk sup sayur berkuah bening yang tampak sangat sederhana namun sangat menyegarkan. Sayur-mayur berupa bayam, kecambah kedelai hitam, daun katuk, dan kedelai hitam butiran lazim menjadi unsur utama masakan ini. Untuk bumbunya, selain bahan-bahan yang lazim seperti bawang merah dan bawang putih, tegean juga bercirikan dengan "geprekan" kencur yang sangat menyegarkan.
i.        Empal basah, berupa masakan berbahan dasar daging dan tetelan sapi yang dimasak dengan kuah santan yang kental. Kekhasan empal basah Banyumasan adalah adanya sensasi gatal dan geli yang ditimbulkan oleh campuran srundeng di dalam kuah kental tersebut. Empal basah sangat cocok dimakan dengan ketupat berkulit janur (jangan ketupat berkulit plastik).
j.        Themlek, kudapan ringan dari ampas tahu berbumbu yang digoreng dengan adonan tepung. Makanan yang akan meninggalkan rasa seret di tenggorokan ini sudah semakin jarang ditemui.
k.      Dan beberapa jenis makanan tradisional yang dikenal yakni: ranjem, mi thayel, timus, klanthing, sempora (awug-awug), utri, puli (ciwel), ongol-ongol, gebral, kluban, grontol, mireng, kamir, moho, golang-galing, lopis, ondol-ondol, widaran, angleng klapa, angleng kacang, rujak mentah, rujak mateng, ampyang, grebi, dampleng (mirip combro).


10.  Keputusan Politik
Kota purwokerto adalah kota pemerintahan yang tidak lepas dari politik. Pada tahun 2005 sampai sekarang kota purwokerto akan melakukan pemekaran dan itu adalah politik yang di bicarakan kalangan DPR komisi III terutama dibidang hukum dan pemerintahan. Karena kita lihat pada kota purwokerto sendiri adalah kota yang bisa dibilang maju dari segi ekonomi, teknologi, penduduk, pendidikan, infrastruktur, pembangunan, dan yang lain-lainnya. Namun sampai saat ini kota purwokerto tetap masih menjadi perbincangan karena dampak sosial yang ada perlu dipertimbangan.

B.     Dampak positif dan negatif dari perkembangan Kota Purwokerto
Ø  Dampak Positif
Dampak positif dari perkembangan kotaPurwokerto adalah Purwokerto lepas dari jejak masa lalunya sebagai kota kecil yang bersahaja, tradisional, dan apa adanya. Perkembangan kota juga diikuti semakin lengkapnya fasilitas layaknya kota-kota metropolitan. Hotel, kampus, museum, taman, cafe, tempat karaoke, mini market, toko buku, restoran makanan cepat saji (fast food), show room, dan mall adalah beberapa fasilitas kota modern yang gampang dijumpai di Purwokerto. Berbagai julukan pun di sandang kota Purwokerto, mulai dari Kota Wisata dimana terdapat banyak obyek wisata, Kota Kripik karena Purwokerto terkenal dengan pembuatan ‘Tempe Kripik’, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini.
Ø  Dampak Negatif
Selain dampak positif, perkembangan kota Purwokerto juga menimbulkan dampak negatif, diantaranya Kesulitan air bersih yang dialami di titik padat penduduk (misalnya bagian selatan kelurahan Tanjung), masalah parkir, kemacetan lalu lintas, hilangnya ruang terbuka hijau, hilangnya daerah resapan air, merebaknya gelandangan-pengemis, aksi kriminal, dan munculnya daerah kumuh (slum area) adalah beberapa contoh destruksi ekologis dan sosial yang dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan yang sehat di masa depan.

C.    Peran masyarakat dalam perkembangan Kota Purwokerto
Ø  Kebutuhan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan
Kebutuhan peran serta dari sudut pandang pemerintah adalah melakukan sesuatu dengan biaya semurah mungkin, sehingga sumber dana yang terbatas dapat dipakai untuk kepentingan sebanyak mungkin. Alasan-alasan efektifitas dan efisiensi adanya peran serta masyarakat yang nyata dapat disimpulkan sebagai berikut (Rukmana, et al,1993: 214):
a.       Peran serta masyarakat memberikan kontribusi pada upaya pemanfaatan sebaik-baiknya sumber dana yang terbatas.
b.      Peran serta masyarakat membuka kemungkinan keputusan yang diambil didasarkan kebutuhan, prioritas dan kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan rencana, program dan kebijaksanaan yang lebih realistis. Selain itu memperbesar kemungkinan masyarakat bersedia dan mampu menyumbang sumber daya mereka seperti uang dan tenaga.
c.       Peran serta masyarakat merupakan salah satu komponen yang harus diikutsertakan dalam aktifitas pembangunan. Peran serta masyarakat menjamin penerimaan dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dibangun. Hal ini akan merangsang pemeliharaan yang baik dan bahkan menimbulkan kebanggaan.
Pemerintah mungkin saja memberikan proyek untuk meningkatkan suatu fasilitas umum. Namun meskipun fasilitas itu telah berdiri sering kali tidak digunakan dengan efektif. Skala prioritas masyarakat mungkin saja berbeda dari skala prioritas yang dimiliki oleh perencana, walaupun masyarakat telah diberi informasi mengenai pilihan yang ada (Conyers,1994: 189). Mereka memiliki kepekaan tentang apa yang bisa dijalankan dan apa yang akan mengalami hambatan (Sanoff,2000:7). Karena itu dalam tahap awal masyarakat diikutsertakan dalam pertemuan membahas proyek. Dengan memahami tujuan proyek masyarakat dapat memberikan umpan balik, yang akhirnya bisa menjadi suatu proyek yang betul-betul memenuhi keinginan mereka.
Kondisi-kondisi tersebut membuat perencana sadar untuk membagi tanggung jawab dalam pemeliharaan, masyarakat sebagai pemanfaat atau pengguna dilibatkan dalam berbagai cara untuk memelihara sistem masyarakatnya sendiri. Disadari saat ini jika masyarakat diberi tanggung jawab dalam pemeliharaan mereka seharusnya dilibatkan dalam perencanaan dan implementasi proyek. Mereka harus membangun rasa kepemilikan dan mengetahui bahwa pemeliharaan tersebut merupakan tanggung jawab masyarakat. (UNICEF,1999:14).
Misalnya dalam hal pemilihan dan penetapan jenis sarana dan prasarana lingkungan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, pada umumnya akan memberikan pengaruh positif bagi pemanfaatannya agar langsung dirasakan masyarakat, serta dapat merangsang tumbuhnya rasa ikut memiliki dari masyarakat yang pada gilirannya tumbuh kesadaran untuk memelihara, mengelola dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan berupa perbaikan prasarana dan fasilitas tersebut.
(Yudohusodo dkk,1991:148)
Lebih jauh menurut Conyers (Conyers,1994: 154-155) peran serta masyarakat penting sebab pertama, peran serta merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, kedua, masyarakat lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya dan ketiga, anggapan merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan lingkungan mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar