Perkembangan Kota Purwokerto jika
ditinjau dari Geografi Kota
Kota
Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah,
Indonesia.
Purwokerto
terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa.
Secara geografi Purwokerto terletak di koordinat 7°26′LU 109°14′BT.
Ditinjau dari Geografi Kota, perkembangan kota Purwokerto dapat dikatakan
sangat pesat. indikatornya adalah hampir semua fasilitas hadir di kota ini
dari mulai Pusat Perbelanjaan, Restoran cepat saji, Pusat Pertokoan, Sarana
Olahraga, Pusat Wisata Kuliner, Hotel berbintang (kelas Internasional), Sarana
Rekreasi Keluarga, Pusat Pelayanan Kesehatan, dan lain sebagainya. Berikut
faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Purwokerto:
1.
Ekonomi
Purwokerto bukan merupakan kota industri maupun
perdagangan. Sampai dengan awal tahun 2000-an, kota ini lebih cocok disebut
sebagai kota pegawai dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa
diandalkan untuk hidup cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN.
Akhirnya, kota ini secara ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang. Perubahan
secara cukup signifikan terjadi mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini
mulai dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kota di pulau Jawa untuk menuntut
ilmu di perguruan tinggi di sini (terutama di Universitas Jenderal
Soedirman dan di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto). Sejak saat
itu, aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan mahasiswa pun
menggeliat. kamar kos, tempat makan, kios-kios alat tulis bermunculan. Bahkan,
jasa pencucian baju (laundry) pun bermunculan guna memenuhi kebutuhan
pembersihan pakaian para mahasiswa yang memiliki sedikit waktu untuk mencuci
sendiri. Kondisi ini membuat perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup
signifikan sebagai kota jasa.
2.
Bangunan
Di Akhir tahun 2011, telah berdiri Hotel bintang 5
Aston dengan 12 Lantai. Pada pertengahan tahun 2012, telah tampak perubahan
yang cukup signifikan dalam bidang perdagangan. Bisa dilihat dari dibangunnya
Rita Supermall tepat di selatan alun-alun Purwokerto. Dan juga pemekaran Moro
menjadi Mega Mall dengan tiga tower. Di kota ini pula terdapat museum Bank Rakyat Indonesia,
karena bank pertama kali berdiri ada di kota Purwokerto dan pendiri bank ini
adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja
putra daerah Purwokerto.
3.
Penggunaan Tanah
Penggunaan
tanah untuk perkembangan kota Purwokerto meliputi:
a. Tempat
wisata
Purwokerto
memiliki beberapa tempat wisata alam andalan yang berskala nasional, berupa
gua, air terjun dan wahana wisata. Wisata alam di Purwokerto antara lain :
Baturaden,
Pancuran Pitu,
Pancuran Telu,
Gua SaraBadak,
Museum BRI,
Curug Gede,
Curug Ceheng,
Curug Belot,
Curug Cipendok,
Masjid Saka Tunggal,
Bumi Perkemahan Baturraden,
Bumi
Perkemahan Kendalisada, Telaga Sunyi,
Mata Air Panas Kalibacin,
Bendung Gerak
Serayu, Wahana
Wisata Lembah Combong, Combong
Valley Paint Ball and War Games,
Serayu River
Voyage, Baturraden
Adventure Forest.
Wisata Alam
Wisata Sejarah
Wisata Keluarga
·
Depo Bay
b.
Olahraga
Olahraga
yang banyak menetaskan atlet-atlet dari kota ini adalah atlet cabang bulu
tangkis, atletik, dan renang. Ada 2 buah Stadion Besar di kota Purwoketo Yakni
GOR Satria (milik Pemerintah Kabupaten Banyumas) dan GOR yang dimiliki oleh UNSOED
yaitu GOR Soesilo Soedirman.
c. Bangunan
industri
Secara
tradisional Purwokerto bukanlah kota industri maupun perdagangan. Sampai saat
ini, aktivitas industru amat jarang di temukan di Purwokerto, padahal
purwokerto merupakan daerah potensial yang sangat strategis untuk melakukan
investasi dalam bidang industri selain dari lahan yang masih luas, akses menuju
kota-kota besar yang sangat mudah, juga tenaga professional di Purwokerto
sangat banyak. Kota ini bisa dikatakan
tidak memiliki industri dalam skala besar yang dapat menyerap ribuan tenaga
kerja atau mencakup wilayah puluhan hectare. Jika pun ada industri, itu pun
industri-industri tradisional yang hanya mempekerjakan puluhan pekerja
(industri rokok rumahan, industri mie atau soun kering kecil-kecilan, pabrik
pengolah, dll).
4. Infrastruktur
Berbagai infrakstruktur hadir memenuhikota
Purwokerto. Di kota ini, ada sekitar 344 angkutan kotayang beroperasi. Angkutan
itu melayani 31 trayek yang menyusuri jalan-jalan di Kota Purwokerto. Transportasi
kotanya juga semakin lengkap dengan kehadiran dua armada taksi (Kobata dan
Taksi Satria).Transportasi untuk menuju kota Purwokerto ada berbagai
pilihan, diantaranya menggunakan kereta api, bus antar kota, dan angkutan antar
jemput (travel).
5.
Demografi
Jumlah penduduk
kota Purwokerto pada tahun 2005 adalah 249.705 jiwa. Dan sekarang telah
berkembang pesat penduduknya seiring dengan waktu.
a. Jumlah penduduk pada tahun 2012
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
b.
Jumlah kecamatan dan desa pada tahun 2012
Kecamatan
|
Ibu Kota Kecamatan
|
Jumlah
|
|
Desa
|
Kelurahan
|
||
Lumbir
|
Lumbir
|
10
|
-
|
Wangon
|
Wangon
|
12
|
-
|
Jatilawang
|
Tunjung
|
11
|
-
|
Rawalo
|
Rawalo
|
9
|
-
|
Kebasen
|
Gambarsari
|
12
|
-
|
Kemranjen
|
Kecila
|
15
|
-
|
Sumpiuh
|
Kebokura
|
11
|
3
|
Tambak
|
Kamulyan
|
12
|
-
|
Somagede
|
Somagede
|
9
|
-
|
Kalibagor
|
Kalibagor
|
12
|
-
|
Banyumas
|
Sudagaran
|
12
|
-
|
Patikraja
|
Notog
|
13
|
-
|
Purwojati
|
Purwojati
|
10
|
-
|
Ajibarang
|
Ajibarang
|
15
|
-
|
Gumelar
|
Gumelar
|
10
|
-
|
Pekuncen
|
Banjaranyar
|
16
|
-
|
Cilongok
|
Pernasidi
|
20
|
-
|
Karanglewas
|
Karanglewas Lor
|
13
|
-
|
Kedungbanteng
|
Kedungbanteng
|
14
|
-
|
Baturaden
|
Rempoah
|
12
|
-
|
Sumbang
|
Sumbang
|
19
|
-
|
Kembaran
|
Kembaran
|
16
|
-
|
Sokaraja
|
Sokaraja Kulon
|
18
|
-
|
Purwokerto
Selatan
|
Karangklesem
|
-
|
7
|
Purwokerto
Barat
|
Rejasari
|
-
|
7
|
Purwokerto
Timur
|
Purwokerto Wetan
|
-
|
6
|
Purwokerto
Utara
|
Bancarkembar
|
-
|
7
|
Jumlah
|
|
301
|
30
|
6.
Kestabilan Keamanan
Banyak orang yang merasa betah tinggal dikota ini, dengan alasan:
·
Aman : Jarang sekali terjadi tindakan kriminal
·
Alami : Kebudayaannya masih kental, terutama budaya ebeg (kuda
lumping)
·
Lengkap : Fasilitas tergolong lengkap
·
Sejuk : Udaranya sangat sejuk
·
Bersih : Udaranya masih bersih, terhindar dari polusi udara
·
Murah : Biaya hidup terbilang murah.
7. Pendidikan
Sebuah
kewajaran jika Purwokerto menyandang predikat sebagai kota Pelajar karena
memang Purwokerto merupakan kota yang sangat strategis untuk menimba ilmu
selain letak geografisnya yang mudah dijangkau dari berbagai kota khususnya di
pulau jawa, biaya hidup relatif lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
hidup di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Adapun perguraun tinggi di baik
negeri maupun swasta diantaranya: Universitas Jenderal
Soedirman, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Sekolah Tinggi
Teknologi Telematika Telkom, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri
(STAIN), Sekolah
Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto,
Sekolah
Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Tengah,
Universitas Terbuka
Tutorial Purwokerto (UTTP), Politeknik
Ma'arif Purwokerto, Politeknik
Kesehatan DEPKES Semarang - Kampus Purwokerto,
Universitas
Wijayakusuma (Unwiku), STIMIK
AMIKOM Purwokerto, Sekolah
Tinggi Ilu Kesehatan Bina Cipta Husada,
Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa,
Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Satria, Politeknik Pratama,
Akademi
Manajemen Rumah Sakit Kusuma Husada,
Akademi
Kebidanan YLPP Karang Klesem,
Akademi
Pariwisata Eka Sakti, Akademi
Keperawatan Yakpermas, AMIK
Bina Sarana Informatika Purwokerto,
Akademi
Farmasi Kusuma Husada,Politeknik
Ma'arif NU PurwokertoAkademi
Kebidanan Perwira Husada.
Kota Purwokerto sebagai Kota Pendidikan
Kota
Purwokerto merupakan kota dengan jumlah institusi perguruan tinggi paling
banyak di wilayah Jawa Tengah bagian barat selatan. Tak heran jika Kota
Purwokerto mendapatkan julukan sebagai kotapendidikan. Kota Purwokerto menaungi
tidak kurang dari 15 perguruan tinggi. Dari sejumlah 15 perguruan tinggi di Purwokerto,
tiga besar universitas yang menampung mahasiswa di Kota Purwokerto adalah
Universitas Jenderal Soedirman dengan 25.000 mahasiswa, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Selain
sebagai lokasi pilihan untuk studi pendidikan tinggi, Kota Purwokerto juga
menjadi incaran murid dan wali murid untuk mengenyam taraf pendidikan dasar dan
menengah. Hampir seluruh sekolah favorit dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di Kabupaten Banyumas ada di Kota Purwokerto.
Selain
fasilitas sekolah dari dasar hingga perguruan tinggi, Kota Purwokerto juga
telah memenuhi julukan sebagai kota pendidikan dengan fasilitas perpustakaan
dan toko buku. Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas telah dibuka untuk umum.
UPT Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas yang terletak di Jl. Jenderal Gatot
Subroto No. 85, Purwokerto, memiliki koleksi sejumlah 25 ribu eksemplar yang
terdiri dari buku dan referensi, belum termasuk koran dan tabloid, beragam
judul dari buku-buku fiksi maupun non fiksi. UPT Perpustakaan juga meminjamkan
koleksi langka, Ensiklopedia, undang-undang, dan buku-buku referensi lainnya.
12 toko buku di Purwokerto juga telah berdiri dan dapat diakses dengan mudah.
Selain
itu di Kota Purwokerto juga terdapat fasilitas 25 warnet untuk mempermudah
mengakses informasi secara cepat dan akurat. Berdasarkan observasi, seperti di
kota-kota besar lainnya, warnet lebih didominasi oleh para mahasiswa, pelajar
dan bisnisman. Beberapa warnet ini ada yang hanya menawarkan fasilitas browsing
internet saja, namun ada juga yang telah dilengkapi dengan fasilitas game
online.
8. Sosial
Budaya
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah
lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa.
Di
antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:
·
Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak
Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak
Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
·
Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki
makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga
nantinya.
Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan
tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, di antaranya:
·
Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang
diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas
Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas
gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian
karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul),
alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya
calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending
Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen
ulang.
·
Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang
terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu
yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan
tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari
sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup
kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan
bunyi yang selaras.
·
Salawatan
Jawa, yakni salah satu seni
musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam
pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.
·
bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.
Sejumlah
tarian khas Banyumasan antara lain:
·
lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan
atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki
disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas
panggung dan diiringi oleh alat musik calung.
·
sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang
mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg.
Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan
dimasukan ke dalam kurungan, dimana dalam kurungan itu ia berdandan secara
wanita dan menari bersama pemain yang lain.
·
angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini
dilakukan oleh delapan pemain, dimana pada akhir pertunjukan pemain tidak
sadarkan diri.
·
aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan
angguk, dengan pemain remaja putri.
·
buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang
dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung.
·
ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini
diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe.
Masuknya budaya barat ke berbagai
kota akan membawa dampak yang akan mempengaruhi kota seperti westernisasi dan
modernisasi. Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan
sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam
komponen–komponen yang memebentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas
komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan
kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
a. Wisma : Untuk tempat berlindung
terhadap alam sekelilingnya.
b. Karya :Untuk penyediaan lapangan
kerja.
c. Marga : Untuk pengembangan jaringan
jalan dan telekomunikasi.
d. Suka : Untuk fasilitas hiburan,
rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
e. Penyempurnaan :Untuk fasilitas
keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Dengan demikikian interaksi yang
dilakukan masyarakat kota sangat mempengaruhi perkembangan suatu kota . Lebih
banyak interaksi masyarakat kota tersebut semakin perkembangnya suatu
kota.
Berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kota dalam interaksi masyarakat kota:
a. Pekerjaan atau Mata Pencaharian
semakin banyak variasi dan kemajuan pekerjaan semakin mempengaruhi kemajuan
kota tersebut
b. Kepadatan Penduduk, penduduj kota
sangat padat sebab dalam kota selalu bergilir pekerjaan mulai dari pagi samapai
malam.
c. Heterogenitas, Di kota
penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam perilaku,
dan juga bahasa, penduduk.
d. Diferensiasi Sosial, Keadaan
heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm
diferensiasi Sosial.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di
dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu
kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada
diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
9. Investasi
Beberapa
makanan khas yang terdapat di Kota Purwokerto diantaranya:
a. Mendhoan, makanan yang terbuat dari
tempe yang tipis/diiris tipis kemudian digoreng dengan tepung yang diberi bumbu
dan digoreng setengah matang.
b. Kripik Tempe, prosesnya seperti
mendhoan tetapi digoreng sampai kering. Kota Kripik merupakan salah satu julukan
dari kota Purwokerto.
c. Sroto, daerah lain menyebutnya Soto.
d. Gethuk Goreng, sentra pembuatannya
adalah Kec.Sokaraja, sebuah kota kecamatan di pinggir kota Purwokerto.
e. Keong Kuah Pedas, dengan bahan utama
keong sawah yang dimasak berkuah dengan bumbu-bumbu kuat yang memberi nuansa
pedas dan segar hingga ke tenggorokan.
f. Dage, kudapan mirip kue yang
berbahan dasar ampas kacang yang digumpalkan dan dijamurkan. Biasa disajikan
berupa goreng tepung berbumbu dan disantap dengan cabe rawit atau "lombok
cengis".
g. Semayi, lauk dari ampas kelapa yang
dibumbui dan dipanggang di atas api kecil. Makanan yang menjadi simbol hidup
melarat ini kini sudah amat-sangat susah ditemukan.
h. Tegean, adalah sebutan khas Banyumas
untuk sup sayur berkuah bening yang tampak sangat sederhana namun sangat
menyegarkan. Sayur-mayur berupa bayam, kecambah kedelai hitam, daun katuk, dan
kedelai hitam butiran lazim menjadi unsur utama masakan ini. Untuk bumbunya,
selain bahan-bahan yang lazim seperti bawang merah dan bawang putih, tegean
juga bercirikan dengan "geprekan" kencur yang sangat menyegarkan.
i.
Empal basah, berupa masakan berbahan dasar daging dan
tetelan sapi yang dimasak dengan kuah santan yang kental. Kekhasan empal basah
Banyumasan adalah adanya sensasi gatal dan geli yang ditimbulkan oleh campuran
srundeng di dalam kuah kental tersebut. Empal basah sangat cocok dimakan dengan
ketupat berkulit janur (jangan ketupat berkulit plastik).
j.
Themlek, kudapan ringan dari ampas tahu berbumbu yang
digoreng dengan adonan tepung. Makanan yang akan meninggalkan rasa seret di
tenggorokan ini sudah semakin jarang ditemui.
k. Dan beberapa jenis makanan
tradisional yang dikenal yakni: ranjem, mi thayel, timus, klanthing, sempora
(awug-awug), utri, puli (ciwel), ongol-ongol, gebral, kluban, grontol, mireng, kamir,
moho, golang-galing, lopis, ondol-ondol, widaran, angleng klapa, angleng
kacang, rujak mentah, rujak mateng, ampyang, grebi, dampleng (mirip combro).
10. Keputusan
Politik
Kota purwokerto adalah kota pemerintahan yang tidak
lepas dari politik. Pada tahun 2005 sampai sekarang kota purwokerto akan
melakukan pemekaran dan itu adalah politik yang di bicarakan kalangan DPR
komisi III terutama dibidang hukum dan pemerintahan. Karena kita lihat pada
kota purwokerto sendiri adalah kota yang bisa dibilang maju dari segi ekonomi,
teknologi, penduduk, pendidikan, infrastruktur, pembangunan, dan yang
lain-lainnya. Namun sampai saat ini kota purwokerto tetap masih menjadi
perbincangan karena dampak sosial yang ada perlu dipertimbangan.
B.
Dampak
positif dan negatif dari perkembangan Kota Purwokerto
Ø Dampak Positif
Dampak positif dari perkembangan kotaPurwokerto
adalah Purwokerto lepas dari jejak masa lalunya sebagai kota kecil yang
bersahaja, tradisional, dan apa adanya. Perkembangan kota juga diikuti semakin
lengkapnya fasilitas layaknya kota-kota metropolitan. Hotel, kampus, museum, taman,
cafe, tempat karaoke, mini market, toko buku, restoran makanan cepat saji (fast
food), show room, dan mall adalah beberapa fasilitas kota modern yang gampang
dijumpai di Purwokerto. Berbagai julukan pun di sandang kota Purwokerto, mulai
dari Kota Wisata dimana terdapat banyak
obyek wisata, Kota Kripik karena Purwokerto terkenal dengan pembuatan
‘Tempe Kripik’, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyaknya
pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini.
Ø Dampak Negatif
Selain dampak positif, perkembangan
kota Purwokerto juga menimbulkan dampak negatif, diantaranya Kesulitan air
bersih yang dialami di titik padat penduduk (misalnya bagian selatan kelurahan
Tanjung), masalah parkir, kemacetan lalu lintas, hilangnya ruang terbuka hijau,
hilangnya daerah resapan air, merebaknya gelandangan-pengemis, aksi kriminal,
dan munculnya daerah kumuh (slum area) adalah beberapa contoh destruksi
ekologis dan sosial yang dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan
yang sehat di masa depan.
C.
Peran
masyarakat dalam perkembangan Kota Purwokerto
Ø Kebutuhan Peran Serta Masyarakat
dalam Pembangunan
Kebutuhan peran serta dari sudut
pandang pemerintah adalah melakukan sesuatu dengan biaya semurah mungkin,
sehingga sumber dana yang terbatas dapat dipakai untuk kepentingan sebanyak
mungkin. Alasan-alasan efektifitas dan efisiensi adanya peran serta masyarakat
yang nyata dapat disimpulkan sebagai berikut (Rukmana, et al,1993: 214):
a.
Peran serta masyarakat
memberikan kontribusi pada upaya pemanfaatan sebaik-baiknya sumber dana yang terbatas.
b.
Peran serta masyarakat membuka
kemungkinan keputusan yang diambil didasarkan kebutuhan, prioritas dan
kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan rencana,
program dan kebijaksanaan yang lebih realistis. Selain itu memperbesar kemungkinan
masyarakat bersedia dan mampu menyumbang sumber daya mereka seperti uang dan
tenaga.
c.
Peran serta masyarakat
merupakan salah satu komponen yang harus diikutsertakan dalam aktifitas
pembangunan. Peran serta masyarakat menjamin penerimaan dan apresiasi yang
lebih besar terhadap segala sesuatu yang dibangun. Hal ini akan merangsang
pemeliharaan yang baik dan bahkan menimbulkan kebanggaan.
Pemerintah mungkin saja memberikan
proyek untuk meningkatkan suatu fasilitas umum. Namun meskipun fasilitas itu telah
berdiri sering kali tidak digunakan dengan efektif. Skala prioritas masyarakat
mungkin saja berbeda dari skala prioritas yang dimiliki oleh perencana,
walaupun masyarakat telah diberi informasi mengenai pilihan yang ada
(Conyers,1994: 189). Mereka memiliki kepekaan tentang apa yang bisa dijalankan
dan apa yang akan mengalami hambatan (Sanoff,2000:7). Karena itu dalam tahap
awal masyarakat diikutsertakan dalam pertemuan membahas proyek. Dengan memahami
tujuan proyek masyarakat dapat memberikan umpan balik, yang akhirnya bisa
menjadi suatu proyek yang betul-betul memenuhi keinginan mereka.
Kondisi-kondisi tersebut membuat
perencana sadar untuk membagi tanggung jawab dalam pemeliharaan, masyarakat
sebagai pemanfaat atau pengguna dilibatkan dalam berbagai cara untuk memelihara
sistem masyarakatnya sendiri. Disadari saat ini jika masyarakat diberi tanggung
jawab dalam pemeliharaan mereka seharusnya dilibatkan dalam perencanaan dan
implementasi proyek. Mereka harus membangun rasa kepemilikan dan mengetahui bahwa
pemeliharaan tersebut merupakan tanggung jawab masyarakat. (UNICEF,1999:14).
Misalnya dalam hal pemilihan dan
penetapan jenis sarana dan prasarana lingkungan yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masyarakat, pada umumnya akan memberikan pengaruh positif bagi
pemanfaatannya agar langsung dirasakan masyarakat, serta dapat merangsang
tumbuhnya rasa ikut memiliki dari masyarakat yang pada gilirannya tumbuh
kesadaran untuk memelihara, mengelola dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan
berupa perbaikan prasarana dan fasilitas tersebut.
(Yudohusodo dkk,1991:148)
Lebih jauh menurut Conyers
(Conyers,1994: 154-155) peran serta masyarakat penting sebab pertama, peran
serta merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap masyarakat setempat, kedua, masyarakat lebih mempercayai proyek atau
program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya dan ketiga, anggapan merupakan suatu hak demokrasi bila
masyarakat dilibatkan dalam pembangunan lingkungan mereka sendiri.